Pages

Senin, 09 Mei 2011

Istilah Pancasila


Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu panca dan syila. Panca berarti lima, syila berarti peraturan tingkah laku yang penting. Jadi, Pancasila dapat diartikan sebagai lima aturan tingkah laku yang penting.

Istilah Pancasila juga terdapat dalam buku Negarakertagama karya Mpu Prapanca dan buku Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam buku Kakawin Sutasoma, istilah Pancasila diartikan sebagai pelaksanaan lima kesusilaan yang disebut Pancasila Krama, yang berisi lima larangan, yaitu 
  • dilarang melakukan kekerasan,
  • dilarang mencuri,
  • dilarang berjiwa dengki,
  • dilarang berbohong,
  • dilarang mabuk akibat minuman keras.
Di dalam buku Kakawin Sutasoma itu terdapat semboyan bangsa Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika yang diterjemahkan dengan kalimat, "walaupun berbeda-beda, namun satu jua". ***

Lambang Negara Garuda Pancasila



Lambang negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tanggal 17 Oktober 1951. Penggunaan lambang negara ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tanggal 26 Juni 1958.

Lambang negara Republik Indonesia terbagi atas tiga bagian, yaitu
  • burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus ke sebelah kanannya,
  • perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
  • semboyan ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Garuda yang digantungi perisai dengan memakai paruh, sayap, ekor, dan cakar mewujudkan lambang tenaga pembangun. Sayap Garuda berbulu 17 dan ekornya berbulu 8. Di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung itu terdapat sebuah garis hitam tebal yang maksudnya melukiskan khatulistiwa. Lima buah ruang pada perisai itu masing-masing mewujudkan dasar Pancasila, yakni:
  1. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa terlukis dengan Nur Cahaya di ruangan tengah berbentuk bintang yang bersudut lima.
  2. Dasar Kerakyatan dilukiskan kepala banteng sebagai lambang tenaga rakyat.
  3. Dasar Kebangsaan dilukiskan dengan pohon beringin, tempat berlindung.
  4. Dasar Perikemanusiaan dilukiskan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi.
  5. Dasar Keadilan Sosial dilukiskan dengan kapas dan padi sebagai tanda tujuan kemakmuran.
Perisai dan tameng dikenal oleh kebudayaan Indonesia sebagai senjata dalam perjuangan mencapai tujuan dengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang sedemikian dijadikan lambang, wujud dan artinya tetap tidak berubah-ubah, yaitu lambang perjuangan dan perlindungan. Rantai yang bermata 17 itu sambung-menyambung tidak putus-putusnya, sesuai dengan manusia yang bersifat turun-temurun. Kedua tumbuhan kapas dan padi itu sesuai dengan hymne yang memuji-muji pakaian (sandang) dan makanan (pangan).

Kaki burung Garuda mencengkeram sebuah pita tertulis Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Semboyan dalam bahasa Jawa Kuno ini menggambarkan persatuan atau kesatuan nusa dan bangsa Indonesia. ***